Rabu, 29 April 2009

Implementasi Psikologi dalam Menghadapi Caleg Stres Pasca Pemilu 2009

Pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada 09 April 2009 ini dalam memilih calon legislatif memunculkan berbagai permasalahan baru terutama permasalahan yang terkait aspek psikologis, hal ini ditandai dengan munculnya gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh para calon legislatif yang mengalami kekalahan pasca pemilu 2009. Berbagai masalah ini muncul tidak lain adanya faktor- faktor yang sifatnya multicause.
Dalam teori faculty berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bersumber pada faktor yang tunggal tetapi terdiri dari beberapa unsur antara lain yang memegang peranan penting adalah fungsi cipta(reason), rasa ( emosi) dan karsa ( will) .
Gangguan kejiwaan yang terjadi pada calon legislatif pasca pemilu 2009 adalah gangguan psikis yang mengakibat frustasi bahkan stress yang diakibatkan kekalahan dalam pemilu, ketidakpuasan terhadap hasil perhitungan suara, serta ketidakmampuan menghadapi stressor yang datang dari dalam diri individu maupaun dari luar individu.
Banyak yang menyatakan bahwa stress itu identik dengan perilaku beradaptasi. Stress memiliki ciri identik dengan perilaku dengan lingkungannnya, dimana lingkungan ini pun berasal dari luar dirinya ( outer World) tetapi juga dari dalam dirinya( inner world).
Stress merupakan adjustive demand yakni tuntutan untuk menyesuaikan diri, para calon legislatif yang mengalami stress kemungkinan besar karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan dirinya baik secara sistemik maupun struktural, perilaku-perilaku sebelum pemilihan umum berlangsung, menunjukkan bahwa beberapa calon legislatif melakukan Frustasi behavior atau perilaku terfrustasi adalah suatu reaksi atas situasi yang menyebabkan diri sendiri maupun orang lain mengalami penurunan kualitas. Berbagai cara yang ditempuh para calon legislatif agar tercapainya tujuan yang dikehendaki yakni kemenangan dalam pemilu dan menjadi anggota legislatif, seperti penggunaan money politik , kampanye-kampanye yang berlebihan hingga menghabiskan uang jutaan rupiah, dan lain sebagainya.
Perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para calon legislatif yang dapat dikatakan sebagai negatif behavior muncul akibat dalam diri individu dan lingkungan bahkan sistem yang diberlakuakan yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
A. Pengertian Stress
Pada banyak kasus yang terjadi pada seseorang yang bisa dikatakan orang yang sakit atau orang yang mengalami gangguan kejiwaan , mempunyai berbagai macam sebab yang sifatnya kompleks baik dari aspek sosial, psikis dan organis yang beroperasi secara bersamaan. Ketika keadaan lingkungan, sistem bertumpang tindih yang menekan individu, disetai adanya reaksi yang memaksa dari internal individu tersebut yang kurang tepat serta mekanisme penyelesaian psikis yang salah.
Coleman menyatakan bahwa penyebab tingkah abnormal dan gangguan jiwa tidaklah tunggal tapi terkait dengankompleks perkembangan kepribadian ( multicausal) dan berkaitan dengan apa yang telah ada sebelum gangguan itiu muncul, yaitu faktor- faktor bawaan, predisposisi, kepekaan dan kerapuhan5
Stress bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang hendak dicapai, kemudian terjadi benturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stress. Sering kali individu mengalami dilema saat diharuskan memilih alternatif yang ada terutama yang menyangkut kehidupan yang akan datang, konflik dapat menjadi pemicu timbunya stress atau tidak terjadinya ketegangan yang berkepanajangan yang akan mengalami kesulitan dalam mengatasinya.6
Setiap manusia mempunyai potensi yang mendasar yakni kebutuhan ( multiple need) dan insting, dalam hal ini insting mempertahankan diri yang menuntut diri menyesuaikan dengan lingkungan atau sistem yang diberlakukan. Stress merupakan bentukan dari frustasi yang tidak dapat dikendalikan.
Frustasi adalah suatu momen dimana seseorang menghayati situasi terhambat ketika melakukan upaya untuk mencapai apa yang diinginkan atau dituju. Reaksi dari frustasi ada dua macam, yaitu:
1. unfrustrated behavior (perilaku yang tidak terfrustasi) yakni perilaku berupa tindakan-tindakan tidak merusak atau mengganggu baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2. Frustrated behavior (perilaku yang terfrustasi) yakni perilaku-perilaku yang merusak (dustructed), baik dengan dirinya maupun orang lain.7
Stress juga merupakan hasil dari munculnya dua atau lebih kebutuhan atau motif yang tidak sesuai secara bersama-sama dengan kekuatan yang jusa sama. Dalam kondisi tersebut individu seharusnya membuat keputusan berupa pilihan yang akan dilakukan atau yang tidak. Mengacu pada teori Lewin mengenai kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia, maka dikenal dengan tiga jenis konflik, yakni:
1. Approach- avodaince conflict adalah konflik yang melibatkan kecenderungan yang kuat atau menjauhi goal (tujuan) yang sama.
2. Double Approach conflict adalah konflik yang melibatkan dua atau lebih tujuan yang diinginkan.
3. Double Avoidance conflict adalah konflik yang terjadi saat dua atau lebih pilihan yang tidak satupun dikehendaki, tetapi salah satu harus dilakukan.8

a. Strategi menghadapi stress dalam perilaku
Ada beberapa strategi dalam perilaku antara lain meliputi:
1. Memecahkan persoalan secara tenang. Yaitu menevaluasi kekecewaan atau stress dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil.
2. Agresi. Stres sering memuncak pada kemarahan atau agresi. Agresi merupakan yang berupa respon penyesuaian diri.
3. Regresi. Yaitu kondisi seseorang yang menghadapi stres kembali pada perilaku mundur atau kembali ke masa yang lebih muda.
4. menarik diri, merupakan respon yang paling umum dalam mengambil sikap, seseorang yang menarik diri denagnmemilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap apatis.
5. Mengelak. Seseorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan terus menerus maka akan cenderung mengelak.9

b. Strategi mengatasi stres secara kognitif
Strategi mengatasi stres secara kognitif antara lain:
1. Represi adalah upaya untuk menyingkirkan frustasi, stres dan lainya yang menimbulkan kecemasan.
2. Menyangkal kenyataan mengandung unsur penipuan diri.
3. Fantasi
4. Rasionalisasi dimaksudkan segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikanperilakunya yang buruk.
5. Intelektualisasi yakni seseorang yang menggunakan taktik, mencari tahu tujuan sebenarnya agar tidak terlibat secara emosional.
6. Pembentukan reaksi
7. Proyeksi10

B. Berat Ringannya Stres
Stres dapat diidentifikasikan ringan dan berat. Stress yang berat akan lebih cepat, kuat dan lebih lama membangkitkan gangguan dalam diri seseorang. Demikian sebaliknya , stres ringan baru setelah beberapa waktu terasa dampaknya. Maka disini penting untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi yang ada dalam diri individu untuk mengalami stres.
Taraf gangguan yang aktuala dan menimbulkan kehidupan seseorang memiliki kerakteristik stres yang terdapat dalam individu, baik personal maupun situasionalatau relasi diantara keduannya. Adapun faktor-faktor yang mengarahkan pada stres adalah:
1. Hakekat atau sumber stres
Dampak stressor tergantung pada nilai pentingnya, durasi, efek komulatif, kebergandaan, dan immunance. Meskipun hampir secara umum ketegangan berkaitan dengan masalah, sumber ketegangan (stres) yang melibatkan aspek-aspek kehidupan individu yang penting, cenderung menampilkan taraf ketegangan yang tinggi.
Orang ynag mengalami traumatik adalah kejadiannyang menimbulkan luka psikis yang mempengaruhi tingkah lakunya, relatif akan menderita stres lebih besar daripada yang belum mengalami trauma.
2. Persepsi dan toleransi terhadap stres
Persepsi dan toleransi terhadap stres adalah yang menentukan berat stresitu bukan dalam pengertian obyektif, melainkan bersifat subyektif. Jika sumber stres dipersepsikan sebahgai sesuatu yang membahayakan atau sangat penting atau kejadian tidak dapat ditoleransikan, maka ketegangan yang diakibatkan akan sangat besar.
Begitu juga orang-orang yang kurang toleran atau tidak bisa menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya atau dengan apa yang diinginkannya, akan mudah mengalami stres. Toleransi adalah kesiapan seseorang untuk membiarkan hal-hal yang oleh dirinya dianggap tidak baik
3. Sumber daya ekternal dan dukungan sosial
Sumber daya ekternal dan dukungan sosial sering kali memperlihatkan kondisi yang makin penting. Ekternal resources yang berasal dari lingkungan seringkali dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap berat-ringannya stres, demikian juga social support dianggap penting jika seseorang mengalami kesukaran masalah sosial, misalnya terkena PHK atau masalah –masalah masyarakat dan individual akan juga merupakan sumber daya ekternal.11

C. Langkah-langkah yang dilakuakan untuk menyesuaiakan diri terhadap stres, antara lain:
1. menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres dan memperkirakan bahaya yang berkaitanm dengan stres.
2. merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan yang paling mungkin dilakukan.
3. melaksanakan tindakan
4. melihat feedback 12.

A. Implementasi Psikologi dalam Menghadapi Caleg Stres Pasca Pemilu 2009.
Pemilu 2009 telah digelar pada hahri kamis, 09 April 2009, sebgaian rakyat negeri ini mengadakan pesta penyontrengan untuk memilih calon legislatif. Berbagai dugaan sebelum berlangsungnya pemilu 2009 akan memunculkan persoalan yang sangat rumit.
Pemilu yang berlangsung bulan April tahun ini menyimpan potensi ledakan masalah sosial yaitu ledakan para caleg yang stres atau frustasi karena gagal dalam menjadi anggota legislatif.
Munculnya berbgai permasalahan pasca pemilu 2009 yang khusunya bagi para calon legislatif yang mengalami tekanan yang disebabkan kekahalahannya, hal ini tidak lain karena faktor dari dalam individu para caleg dan juga faktorn ektern baik lingkungan maupun sistem.
Stres merupakan gangguan yang sifatnya psikis dan juga mengantarkan pada gannguan kepribadian. Jika ditelaah lebih lanjut mengenai kepribadian, kepribadian itu dibentuk oleh pola-pola yang akan mengantarkan pada perilakunya.
Perilaku adalah apa yang dilakukan manusia untuk memuaskan segala kebutuhan atau keinginanan, baik kebutuhan jasmani maupun insting. Perilaku adalah bentuk proses pemuasan terhadap need dan insting yang ada pada manusia. 13
Kepribadian seseorang itu terbentuk adanya dua pola yakni pattern of thought (pola pikir) dan pattern of behaviour (pola perilaku), dari pola- pola inilah baik pola pikir yang terkait dengan cara berpikir manusia dalam menentukan tindakan yang didasari oleh landasan tertuntu dan pola perilaku adalah sikap jiwa manusia yang mengantarkan pada kecenderungan dalam memenuhi need dan insting dalam dirinya.
Stres yang terjadi pada caleg yang mengalami kekalahan merupakan keterkaitan dengan gangguan kepribadian caleg, ketika pola pikir dan pola perilakunya yang hanya berorientasi pada kemanfaatan saja . misalnya keinginan menjadi anggota legislatif, kekuasaan dan kesejahteraan materiil tidak terpenuhi. Hal inilah yang menjadikan para calon legislatif mengalami penurunan kualitas psikis maupun aspek kepribadiannya.
Keadaan yang terhambat dalam mencapai suatu tujuan inilah yang dinamakan frustasi, keadaan frustasi yang yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulakn stress . stress adalah suatu keadaan yang dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban tersebut.14
Frustasi maupun stres yang dialami para calon legislatif atas ketidakmampuan diri menerima kekalahan pasca perhitungan suara akhirnya memunculakn perilaku yang sifatnya mengganggu, misalnya karena kalah dalam pemilu caleg tersebut berusaha bunuh diri lantaran tidak mampu membayar hutang untuk biaya kampanye, memunculakan sikap-sikap agresif, dan juga ketegangan-ketegangan sosial .
Komponen perilaku / konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitann dengan objek sikap yang dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan bnayak pengaruh perilaku.15
Dalam meghadapi stres para calon legislatif pasca pemilu 2009 ini, psikologi mempunyai peranan penting dalam mengatasi permasalah tersebut, psikologi tidak terlepas bagaimana individu berperilaku yang dengan gejala- gejala yang muncul. Dalam menangani stres yang terjadi para caleg pasca pemilu membutuhkan usaha yang komprehensif. Adapun pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis dapat menggunakan atau pemberian obat-obatan, perawatan dirumah sakit dalam mendiagnosis seseorang yang diklasifikasikan gangguan kejiwaan atau tingkah laku abnormal.
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis ini terkait dengan aspek kognitif, afektif dan konatif. Dalam aspek kognitif stes dapat ditangani dengan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses berfikir, memahami dan mennetukan keputusan, ketika seseorang melakukan suatu aktifitas tergantung dari persepsi terhadap informasi yang didapatkan melalui pengidraannya. Aspek kognitif inilah yang akan menentukan pattern of thought (pola pikir) dalam menentukan cara yang harus dilakukan.
Aspek afektif adalah penanganan dengan mengerti dan memahami perasaan klien, sehinnga orang yang mengalami stres sehingga dapat merasakan ketenangan.
Sedangkan aspek konatif (psiko motorik) yang merupakan gabungan dari aspek kognitif dan afektif, misalnya para caleg yang mengalami stres tidak menutup kemungkinan dalam kehidupan agamanya yang kurang sehingga memunculkan perilaku-perilaku abnormal. Menurut Willeam James sikap keberagaman orang yang sakit jiwa yakni mereka yang mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu, latar belakang inilah yang menyebabkan perubahan sikap mendadak terhadap keyakinan ( the sick soul)16.
3. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial terutama dukungan sosial juga dibutuhkan dalam penanganan stres. Adanya gangguan kejiwaan yang terjadi pasca pemilu legislatif tahun ini merupakan permasalahan yang cukup guming, masyarakat memandang bahwa para caleg yang mengalami gangguan kejiwaan seperti frustasi, stres bahkan gila ini sangat terkait dengan kondisi para caleg yang kalah di lingkunagn sosialnya, misalnya malu karena perolehan suara yang tidak sesuai keinginan, perasaan dendam dan sakit hati terhadap masyarakat akibat tidak memilihnya, keterpurukan dalam keuangannya dan lainya menimbulkan perubahan perilaku yang dianggap masyarakat menyimpang.
Dalam Teori pertinbangan sosial melihat perubahan sikap dari pendekatan psikologi sosial. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekternal. Faktor intern: persepsi sosial, posisi sosial dan proses belajar sosial. Faktor ektern : reinforcement( penguat), komunikasi persuasif, harapan yang diinginkan. Perubahan sosial oleh keputusan-keputusan sosial sebagai hasil interaksi internal dan ekternal.17
4. Pendekatan Sistemik
Stres dalam kamus ilmiah populer disebut sebagai sebuah tekanan, stres yang terjadi pada caleg pasca pemilu tahun ini ada;lah bentuk tekanan-tekanan yang kemudian dari tekanan-tekanan tersebut tidak mampu mengontrol keinginan, ambisi dalam menduduki kursi kekuasaan, kekayaan materiil dan kedudukan sosial.
Coleman menyatakan bahwa penyebab tingkah abnormal dan gangguan jiwa tidaklah tunggal tapi terkait dengankompleks perkembangan kepribadian ( multicausal) dan berkaitan dengan apa yang telah ada sebelum gangguan itiu muncul, yaitu faktor- faktor bawaab, predisposisi, kepekaan dan kerapuhan.18 .
Berbagai permasalahan yang ada tidak terlepas dengan adanya sistem yang diberlakukan dalam sebuah negara, penyebab gangguan-gangguan kejiwaan adalah salah satu akibat penerapan sebuah sistem, karena sisitem inilah yang mempengaruhi manusia secara sistematik baik dalam individu maupun lingkungan. Di dalam sebuah sistem mencakup seluruh aspek kehidupan.
Misalnya seseorang yang hidup dalam lingkungan sosial, lingkungan sosial yakni lingkungan masyarakat, diamana lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lainya.19 tidak akan bisa dikatakan sebagai sebuah masyarakat, karena inti dari masyarakat adalah yang mempunyai pemikiran , perasaan dan peraturan yang sama. Sedangkan dalam kasusu yang terjadi stres para caleg ini kemungkinan besar karena sang caleg merasa masyarakat akan memilihnya karena dalam suatu wilayah tertentu.
Setiap tingkah laku manusia tidak terlepas dari pengaruuh yang berasal dari dalam dirinya maupun lingkungannya serta sistem yang ada. Di Indonesia denag penerapan sistem kapitalisnme sekulerisme inilah yang menjadikan paradigma masyarakat yang dilandaskan pada asa tersebut yang hanya kemanfaatan dan pemenuhan kebutuhan semata.
Teori konvergensi yang beranggapan bahwa setiap tingkah laku manusia merupakan hasil pertemuan antara faktor pribadi dengan lingkungan.20.
Dengan menggunakan pendekatan sitemik akan lebih jelas akar permasalah kenapa sebuah masalah baru itu muncul, dengan dasar sitemik inilah yang akan menentukan aparadigma apa yang akan digunakan sebagai problem solving.
Cara pandang akan menentuka sikap atau perilaku dan persaaan , paradigma adalah cara manusia , mempersepsikan, mengerti dan menafsirka dunia., cara pandang inilah sangat dipengaruhi oleh informasi apa yang selama ini diketahui, secara terus menerus dan masuk dalam pikiran21.
Meraih kekuasaan adalah naluriah akan tetapi jika cara yang digunakan salah akan mengakibatkan munculnya permasalahan-permasalahan yang baru. Kekuasaan , menurut alfred adler bahwa secara naluriayah manusia ingin berkuasa dan nietrzche menyebutkan sebagai motif primer dalam kehidupan.
Aristoteles mengangapa bahwa manusia pada hakikatnya adalah zoon political( makhluk berpolitik) yang artinya manusia senantiasa berinteraksi saling mengatur dan memimpin satu sama lain22.
Sistem sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku, jika para caleg menyadari secara benar tentang politik yang pada hakikatnya mengurusi urusan masyarakat, tidak hanya kekuasaan, kedudukan dan terpenuhinya kebutuhan hidupnya semata.

B. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres Caleg Pasca Pemilu 2009
1. Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam individu tersebut, mengenai psikis( kognitif, afektif dan psiko motorik), kesehatan fisik (bawaan), keuangan., aspek spiritualnya.
Penyebab yang berasal dari intern caleg yang stres ini adalah para caleg yang mengalami kekalahan, tidak mampu mengontrol, mengatur dan mengonsep dirinya pada hal-hal yang akan terjadi pasca pemilu. Misalnya seorang caleg yang memaksakan dirinya untuk mencapai keinginan menjadi anggota legislatif, berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan keinginananya sampai sampai terlalu percaya diri bahwa dirinya akan menang dalam pemilu dengan hutang modal untuk biaya kampanye, melakukan kesyirikan ( mendatangi dukun dan perklenikan lainya), menjual tanah dan hartanya untuk mencapai keinginanya.
2. Faktor Ekternal
Faktor ekternal adalah faktor berasal dari luar individu, pada seseorang yang mengalami gangguan stres, terjadi diakibatkan faktor-faktor ekternal yang saling terkait antara satu dengan lainya, dalam teori Faculty menyatakan bahwa penyebab gangguan tidak hanya terdiri dari satu penyebab akan tetapi adanya penyebab lain yang sangat komplek.
Faktor-faktor ekternal yang menyebabkan stres pasca pemilu anata lain, sebagai berikut:
a. Social-Culture Area
Faktor ini mempengaruhi bagaimana individu berperilaku, ketika seseorang bersosial dalam lingkungan sosial yang buruk, misalnya dalam persepsi, pola pergaulan, pola interaksinya, hal ini tanpa disadari atau tidak akan membentuk diri pribadi tertentu yang notabennya juga sekuler-kapitalis. Gangguan stres yang terjadi pada caleg pasca pemilu tahun ini pun dalam lingkungan yang memili budaya kapitalis, seakan yang kuat adalah yang menang. Statement yang seperti ini membuat para calon legislatif terus berusaha berbagai cara untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
a. Official System
Sistem yang diberlakukan dalam sebuah negara sangat berpengaruh bagi mobilitas manusia, karena sistem mencakup seluruh aspek kehidupan antara lain, ekonomi, sosial, pendidikan, sampai pada urusan kenegaraan. Banyaknya caleg yang stres tidak lain karena sistem yang ada di Indonesia yang kapitalis sekuler. Pemilu dipilih untuk membuat sebuah aturan kehendak manusia secara subyektif, manusia yang melegimasi hukum, manusia berlomba mencari kekuasan, kekayaan sebanyak-banyaknya, tanpa meliahat hal ini benar atau salah. Yang akhirnya muncul permasalahan-permasalahan cabang .
Pada akhirnya Pemilu tidak lagi untuk kepentingan rakyat tetapi kepentingan segelintir orang yang berambisi pada kedudukan, kekayaan semata yang terjadi hanya orientasi pada materiil, kemanfaatan dan terpenuhinya kebutuhan jasmani.
Maka bukan merupakan suatu hal yang aneh pasca pemilu legislatif tahun 2009 ini, banyak para calon caoln legislatif yang frustasi, strss bahkan gila setelah mengetahui perhituingan suara yang tidak sesuai dengan target yang diharapkan.


Daftar Rujukan

Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum , Yogyakarta: UGM press, 1986
Fj Monk AMP Terj. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagian, Yogjakarta: Gadjah Mada Unversiti press2004.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008.
MD Ryan, political Quetiont,Bandung: madani prima, 2008
M. Ismail Yusanto & M Sigit P.J, Membangun Kepribadian Islam, Jakarta: Khoirul Bayan, 2005.

N faqih syarif, Don’t Give up Plus.Surabaya: Quantum spirit,2006
Pius A, Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994
Suprapti Salmet& Sumarno Markam, Pengantar Psikologi klinis,Jakarta: UI Press, 2003

Sutardjo. AW, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung: PT Refika Aditama, 2007).
Syaifudin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka pelajaran, 2007.

Triasdi Ardi Ardani, dkk. Psikologi Klinis Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar